Senin, 28 Oktober 2013

Pergeseran Makna Lebaran Ketupat di Dusun Nglerep Desa kwaron Kecamatan Diwek Jombang






BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Berubah dan berkembangnya suatu kebudayaan berjalan menurut kebutuhan dari masyarakat yang bersangkutan dengan proses coba-coba. Karena perubahan yang berjalan dengan penyesuaian diri dengan kebutuhan, maka kebudayaan sifatnya adaftif, karena masyarakat yang heterogen.[1]
Suatu perubahan atau pergeseran dapat terjadi karena ada faktor-faktor yang berasal dari masyarakat itu sendiri baik internal maupun eksternal. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya itu tidak selalu menghasilkan akibat-akibat yang sama. Ada kalanya faktor itu hanya mengakibatkan terjadinya perubahan yang kecil atau besar.
Tradisi lebaran ketupat merupakan lebaran hari ketujuh setelah hari raya idul fitri. Lebaran ketupat ini sudah ada sejak zaman dulu kala yang merupakan salah satu hasil akulturasi kebudayaan indonesia dengan islam. Yang biasa dikenal dengan istilah syawalan yang berarti saling memaafkan dan bersilaturrahmi di berbagai daerah termasuk Jombang.

Perubahan bisa terjadi di masyarakat manapun, baik itu perubahan budayanya, corak kehidupannya, kebiasaannya, dan sistem sosialnya. Perubahan ini juga terjadi di Dusun Nglerep Desa kwaron Kecamatan Diwek Jombang. Jika dahulu lebaran ketupat masyarakat ini sangat antusias terutama para remaja dalam menyambutnya dengan ikut serta melakukan kegiatan dalam tradisi syawalan, seperti membuat ketupat, mengantar makanan ke tetangga atau masjid, ikut serta melakukan silaturrahmi atau kumpul-kumpul bersama keluarga atau saudara. namun kini remaja lebih mengikuti arah tradisional berubah pada modern. Mereka hanya mementingkan segi hiburannya saja pada moment itu. Inilah yang mengugah peniliti untuk meniliti pergeseran makna pergeseran makna lebaran ketupat  di Dusun Nglerep desa kwaron Kecamatan Diwek Jombang.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa makna lebaran ketupat di kalangan remaja di Dusun Nglerep desa Kwaron Kecamatan Diwek Jombang ?
2.      Bagaimana proses pergeseran makna lebaran ketupat di Dusun Nglerep desa kwaron Kecamatan Diwek Jombang ?
C.     Tujuan
Sehubung dengan pokok permasalahan diatas maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui makna lebaran ketupat di kalangan remaja khususnya bagi masyarakat desa Nglerep Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang
2.      Untuk mengetahui proses pergeseran makna lebaran ketupat di kalangan remaja khususnya bagi masyarakat desa Nglerep Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang








BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian
Lebaran ketupat merupakan hari ketujuh setelah idul fitri. Ketupat atau kupat adalah hidangan khas Asia Tenggara berbahan dasar beras yang dibungkus dengan anyaman berbentuk segi lima yang terbuat dari daun kelapa atau janur. Makanan Ketupat menjadi simbol dari sebauh perayaan hari idul fitri, terlebih lagi akan mudah didapat pada saat lebaran ketupat tersebut
“ lebaran ketupat juga dimaknai sebagai bentuk hasil akulturasi kebudayaan indonesia dengan islam, sebutan ketupat memang tidak terdapat dalam ajaran islam. Tidak banyak penelusuran sejarah yang pasti kapan tradisi ini dimulai namun demikian banyak kalangan menyebutkan jika tradisi lebaran ketupat berasal dari kebudayyan orang jawa tepat sejak pemerintahan Paku Boewono IV yang juga dipercayai sebagai peninggalan ajaran dari Sunan Kali Jaga kemudian tradisi ini menyebar ke seluruh pelosok nusantara yang dibawa oleh orang jawa sehingga menjadi tradisi di Indonesia dan kini di hampir tiap daerah terdapat tradisi yang sejenis dengan tradisi lebaran ketupat”[2]
Di jawa sendiri disebut dengan bahasa lepet yang bermakna khilaf. Makna tradisi lebaran ketupat ini sangat dalam sekali bagi orang jawa, karena mengandung filosofis kehidupan yang berharga. Lepet diartikan sebuah jajan yang untuk menjadikan sebuah jajanan yang dapat di nikmati tentulah memerlukan sebuah proses pembuatan yang tidaklah cepat. Begitu pula salah. Kesalahan yang dilakukan oleh seorang manusia untuk mendapatkan sebuah kata maaf tentu tidaklah mudah, ia butuh seperti yang namanya hati yang ikhlas, kesabaran dan sikap mau memaafkan.
            Bagi mereka makna tradisi lebaran ketupat itu sangat penting. Adapun makna yang ada adalah sebagai berikut:
1.      Bersilaturrahmi dengan keluarga dan kerabat
2.      Selamatan rasa syukur kepada Allah SWT
3.      Berkumpul dengan keluarga
4.      Kebersamaan
5.      Saling tukar menukar ketupat antar tetangga
Pada umumnya acara ini adalah acara yang berasal dari akulturasi islam dengan budaya Indonesia. Karena sebagai budaya maka tidak jarang ketika lebaran ketupat tiba banyak masyarakat yang menyambutnya. Sebelum hari lebaran ketupat tiba, maka malam harinya sekeluarga berkumpul bareng dan mengambil daun janur atau aren untuk besok dibuat ketupat. Apabila ada para anak-anak mereka yang belum tahu cara membuat ketupat maka para orang tua wajib memberitahukan pengetahuan untuk anak-anak mereka supaya lebih menghargai dan memaknai lebaran ketupat dengan sakral
Deskripsi Hasil Penelitian
a.       Gambaran umum lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di desa Kwaron Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang. Desa ini terdiri dari beberapa kampung yakni Sokopuro, Seblak, Nglerep dan Blimbing. Secara geografis desa Kwaron atau lebih tepatnya pada dusun Nglerep termasuk dusun yang maju.baik itu dari segi perekonomian, budaya dan pendidikan. Desa ini berada pada wilayah yang cukup ramai meskipun jauh dari kota karena letaknya yang berdekatan dengan Ponpes Tebuireng. Desa ini memiliki jumlah penduduk sekitar 4230 jiwa. Penduduk desa Kwaron memiliki mata pencaharian yang berbeda-beda. Yakni Petani, guru, militer, pegawai pabrik, supir, pedagang d.l.l. Namun mayoritas adalah petani, baik pemilik tanah maupun buruh tani. Sehingga rata-rata perekonomiannya menengah kebawah atau bisa dikatakan cukup atau dalam bidang pendidikan desa ini baik dalam memiliki kesadaran akan pendidikan formal maupun non formal. Ini terbukti para orang tua memberikan jalan yang baik untuk anak-anaknya dengan banyak para remaja yang belajar jauh dari rumah guna menimba ilmu.
b.      Lebaran Ketupat di desa Nglerep
Dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan oleh peneliti lakukan di lapangan, dari hasil penelitian ini ada beberapa temuan di lapangan sebagai berikut:
Dari hasil keterangan ketua RW yang bernama Moch.Asrori Amar S.Ag. Ia mengemukakan bahwa ada beberapa budaya dan tradisi sebenarnya di desa Nglerep ini, budaya ini sampai saat ini berkembang dan dilestarikan.

“ ada banyak tradisi atau budaya yang ada di desa kwaron ini mbak. Desa ini sebenarnya kayaakan budaya dan tradisi. Akan tetapi karena kurangnya pemahaman masyarakat kita jadinya tradisitau budaya yang sebenarnya dijaga dan dilestarikan dengan baik”
“ kalau masalah tradisi lebaran ya mbak. Saya pahami bahwa lebaran ketupat ada sejak nenek moyang kita dulu sudah ada dan menjadi turun menurun sebagai warisan yang mesti dijaga”[3]

Berdasarkan penuturan yang didapat bahwasanya Tradisi lebaran ketupat merupakan lebaran yang dilaksanakan tujuh hari setelah idul fitri. Biasanya pada malam sebelum lebaran tiba, malam harinya sebuah keluarga membuat ketupat bersama. Anak anak mereka diajari bagaimana membuat ketupat, karena membuat ketupat bukanlah hal yang mudah, sangat sulit. Maka dari itu orang tua harus telaten, apalagi bagi anak yang menginjak remaja. Makna lebaran ketupat disini adalah bersilaturrahmi, berkumpul, memakan ketupat bersama. Hal ini akan tercipta rasa kebersamaan yang erat. Jadi dalam keluarga itu sangat senang.
Tapi rasanya makna itu tidak ada lagi. Berangsur-angsur sudah mengalami perubahan di kalangan remaja. Ini Karena saat sekarang makna lebaran ketupat yang ada sudah ada pergeseran atau perubahan. Kalangan remaja sekarang pada malam hari yang biasanya dipakai untuk dirumah mempelajari cara membuat ketupat, sekarang tidak lagi. Mereka sekarang hanya merencanakan bagaimana besok bisa mencari kesenangan diri atau hiburan. Mereka pergi ke tempat-tempat wisata seperti Wonosalam, serta beberapa wisata di Kediri dan Malang. Ini semua dilakukan oleh kalangan remaja yang mencari kesenangan diri pada hari lebaran ketupat tiba.
Dari penjelasan bapak RW bahwa ada pergeseran makna yang masa lalu daripada sekarang, terutama di kalangan remaja. Kalau dilihat dari penuturan yang telah dipaparkan maka ada pergeseran atau perubahan yang terjadi yang telah merubah perilaku para remaja. Dimana dahuluya Sebelum hari lebaran ketupat tiba, maka malam harinya sekeluarga berkumpul bareng dan mengambil daun janur atau aren untuk besok dibuat ketupat. Apabila ada para anak-anak mereka yang belum tahu cara membuat ketupat maka para orang tua wajib memberitahukan pengetahuan untuk anak-anak mereka supaya lebih menghargai dan memaknai lebaran ketupat dengan sakral
Gillin dan Gillin, ia mengatakan perubahan sebagai suatu bentuk variasi dari cara-cara hidup yang diterima atau penemuan baru.[4] Maka hal ini sangat mengkhawatirkan orang tua mereka yang memang akan dilihat dari dampak yang nantinya timbul baik itu positif atau negatif.
Ada juga respon yang dilontarkan oleh warga Sirojuddin S,pd.I ia sebagai guru desa dalam wawancara tanggal 29 April 2013 pukul 07.15

“ seperti ini mbak,kalau menurut saya pergeseran atau perubahan yang terjadi sekarang ini mengubah perilaku kalangan remaja. Biasanya kalangan remaja yag dulu ikut merayakan lebaran bersama keluarga kini berangsur-angsur berubah. Ini disebabkan perkembangan zaman yang tidak menutup kemungkinan merubah tradisi lebaran ketupat yang mempunyai makna yang sakral ”

Dari penuturan Sirojuddin tentu tidak jauh berbeda dengan yang dituturkan oleh Bapak RW. Karena menurut dia perkembangan zaman atau cepatnya informasi (IPTEK) maka bisa jadi adanya perubahan karena telah dipengaruhi oleh perkembangan zaman, lalu kemudian cepatnya informasi juga sangat berpengaruh. Pengaruh itu tergantung dengan apa pandangan kita masing-masing. Kalu kita menggunakan kearah yang negatif maka dampaknya juga akan negatif. Begitu juga dengan yang positif maka juga akan berdampak positif.
Ada juga penuturan dari Rina remaja Desa Kwaron. Ia mengemukakan bahwa:

“ Dulu jika lebaran tiba saya biasanya dirumah mbak, merayakan lebaran ketupat bersama keluarga, berkumpul bersama, baik yang jauh atau yang dekat. Tapi sekarang tidak saya lakukan lagi karena disamping sudah kuno, saya sudah mempunyai agenda bersama teman-teman mbak. Biasanya yang saya lakukan adalah mencari hiburan”[5]

Karena arus modernisasi para remaja pun dipengaruhi oleh zaman. Berarti sama dengan apa yang telah dipaparkan oleh bapak-bapak diatas. Ada pergeseran atau perubahan makna dikalangan remaja. Remaja adalah masa dimana, masa kejayaan diri. Artinya bahwa remaja cepat berpengaruh  atau dipengaruhi oleh apapun. Karena masa remaja pola pikir yang ada semakin berkembang. Apalagi saat ini arus modernisasi maju.
Sedangkan masa remaja menurut Mappre, yang berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita, sedangkan bagi laki-laki berumur 13 sampai 22 tahun,[6]

B.     Proses Pergeseran Makna Lebaran Ketupat di desa Kwaron Diwek Jombang
Proses pergeseran makna lebaran ketupat di kalangan remaja di desa Kwaron diwek Jombang. Dimana Pergeseran berarti berpindah berubah dari tempat yang asalnya. Makna dalam ilmiah yang berarti “arti.[7] Perubahan budaya menunjukkan  bahwa pada suatu saat akan mengalami perubahan karena sebab-sebab tertentu, bisa secara kebetulan atau direncanakan  atau mungkin karena ada unsur dari luar. Apapun bentuk perubahan itu, itu pastinya berasal dari diri atau luar dari masyarakat itu sendiri, baik lambat atau cepat prosesnya. Karena perubahan juga terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan.
Pada saat lebaran tiba biasanya kalangan remaja merayakan lebaran ketupat dirumah bersam keluarga, bersilaturrahmi, makan ketupat, menganter atau tukar-menukar masakan ketupat sehingga  tercipalah rasa kebersamaan yang erat dan saling menghargai satu sama lain. Akan tetapi seiring perkembangan zaman  dan cepatnya informasi maka tidak menutup kemungkinan akan berubah atau bergeser. Jadi para remaja saat ini sudah terbawa oleh perubahan zaman, yang dulunya arah tradisional berubah mejadi modern karena perubahan generasi.
Adapun prosesnya secara garis besar dapat cepat itu mempengaruhi karena adanya penyesuaian masyarakat dengan perubahan, adanya saluran-saluran perubahan dan adanya disorganisasi dan reorganisasi
Jika pada saat lebaran lebaran ketupat kalangan remaja yang merayakan lebaran ketupat ulunya dirumah, kini berubah menjadi mencari kesenangan sendiri. Dan tidak lagi merayakan lebaran ketupat karena makna lebaran ketupat tersebut sudah tidak dianggap penting.




BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Tradisi lebaran ketupat adalah tradisi yang dilaksanakan pada hari ketujuh setelah hari raya idul fitri. Tidak ada yang mengatahui sejarah lebaran ketupat, kapan, dan siapa yang membawa sejarah itu. Tapi yang jelas bahwa lebaran ketupat merupakan turun temurun, artinya bahwa lebaran ketupat ada sejak dulu kala yang telah di wariskan dari generasi ke generasi. Lebaran ini identik dengan ketupat. Ketupat tersebut terbuat dari janur yang dibentuk segi lima, lalu kemudian diisi dengan beras. Di masak jadilah ketupat yangg siap untuk dimakan.
Biasanya jika lebaran ketupat tiba masyarakat desa Nglerep merayakannya dengan penuh kebahagiaan. Makna lebaran ketupat bagi masyarakat adalah bersilaturrahmi dengan keluarga dan kerabat,selamatan rasa syukur kepada Allah SWT, berkumpul bersama keluarga, rasa kebersamaan antar tetangga dan saling tukar menukar masakan kettupat.
Ternyata yang terjadi saat ini adalah para remaja yang dulunya merayakan lebaran ketupat bersama kelurga kini berubah menjadi hal baru dan mengikuti arah modern. Karena imbasnya zaman maka terjadilah pergeseran makna karena adanya beberapa faktor yakni zaman yang seba modern ini, cepatnya informasi dan hilangnya rasa menghargai dan menganggap penting sebuah tradisi.

B.     SARAN
1.      Masyarakat Desa Nglerep yang mempunyai keragaman budaya dan tradisi, hendaknya mempertahankan nilai-nilai budaya dan tradisi tersebut, agar tidak pudar dan tetap dilestarikan serta dilaksanakan dengan melibatkan seluruh anggota masyarakat sampai anak cucu nantinya. Dalam kehidupan sehari-hari, dengan adanya tradisi lebaran ketupat akan menciptakan proses dialektika atau interaksi sosial dan penambahan wawasan pengetahuan.
Terutama pada kalangan remaja, yang seharusnya bisa melestarikan dan mempertahankan tradisi yang ada. Karena kalangan remaja adalah penerus generasi ke generasi lainnya
Sebaiknya tradisi lebaran ketupat ini dijadikan sebagai tradisi untuk mempererat hubungan persaudaraan, persahabatan, serta memprdalam nilai keimanan kita kepada Allah SWT. Serta menjalankan nilai-nilai tradisi yang ada dengan baik adalah suatu keharusan.
2.      Papper ini memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu diharapkan nantinya ada oran lain yang dapat lebih mendalam tentang segala aspek yang berkenaan dengan budaya, sosial, ekonomi masyarakat Desa Nglerep. Karena semakin banyak mencari tahu segala sesuatu maka akan menyadari bahwa semakin banyak pula hal yang belum diketahuinya.












DAFTAR PUSTAKA

Ali,Muhammad dkk. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2006
Albarry,M Dahlan. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya: Arkola. 1996
Soejono,Soekanto. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rja Wali Press. 1990
Oji Saeroji, Tradisi Lebaran Ketupat. http;// regional.kopasona.com/2010/09/17//syawalan-tradisi-lebaran-ketupat-/diakses tanggal 01 Mei 2013




[1] Soedjitto, Aspek Sosial Budaya dalam Pembangunan Pedesaan, (Yogjakarta: Tiara Wacana, 1987), hal 3-4
[2] Oji Saeroji, Tradisi Lebaran Ketupat. http;// regional.kopasona.com/2010/09/17//syawalan-tradisi-lebaran-ketupat-/diakses tanggal 01 Mei 2013
[3] Wawancara dengan bapak Moch. Asrori Amar pada tanggal 28 April 2013, jam 16.20

[4] Soejono soekanto, sosiologi suatu pengantar, (jakarta: Raja Wali Press, 1990)hal.
[5]  Wawancara dengan Rina ( remaja Kwaron) pada tanggal 28 April 2013, jam 14.15
[6] Muhammad Ali, dkk. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta didik, (jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), hal 9
[7] M. Dahlan Al Barry, kamus Ilmiah populer, (Surabaya: Arkola, 1994), hal.429

Tidak ada komentar:

Posting Komentar