BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Berubah dan berkembangnya suatu
kebudayaan berjalan menurut kebutuhan dari masyarakat yang bersangkutan dengan
proses coba-coba. Karena perubahan yang berjalan dengan penyesuaian diri dengan
kebutuhan, maka kebudayaan sifatnya adaftif, karena masyarakat yang heterogen.[1]
Suatu perubahan atau pergeseran
dapat terjadi karena ada faktor-faktor yang berasal dari masyarakat itu sendiri
baik internal maupun eksternal. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya itu
tidak selalu menghasilkan akibat-akibat yang sama. Ada kalanya faktor itu hanya
mengakibatkan terjadinya perubahan yang kecil atau besar.
Tradisi lebaran ketupat merupakan
lebaran hari ketujuh setelah hari raya idul fitri. Lebaran ketupat ini sudah
ada sejak zaman dulu kala yang merupakan salah satu hasil akulturasi kebudayaan
indonesia dengan islam. Yang biasa dikenal dengan istilah syawalan yang berarti
saling memaafkan dan bersilaturrahmi di berbagai daerah termasuk Jombang.
Perubahan bisa terjadi di masyarakat
manapun, baik itu perubahan budayanya, corak kehidupannya, kebiasaannya, dan
sistem sosialnya. Perubahan ini juga terjadi di Dusun Nglerep Desa kwaron
Kecamatan Diwek Jombang. Jika dahulu lebaran ketupat masyarakat ini sangat
antusias terutama para remaja dalam menyambutnya dengan ikut serta melakukan
kegiatan dalam tradisi syawalan, seperti membuat ketupat, mengantar makanan ke
tetangga atau masjid, ikut serta melakukan silaturrahmi atau kumpul-kumpul
bersama keluarga atau saudara. namun kini remaja lebih mengikuti arah
tradisional berubah pada modern. Mereka hanya mementingkan segi hiburannya saja
pada moment itu. Inilah yang mengugah peniliti untuk meniliti pergeseran makna
pergeseran makna lebaran ketupat di
Dusun Nglerep desa kwaron Kecamatan Diwek Jombang.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa
makna lebaran ketupat di kalangan remaja di Dusun Nglerep desa Kwaron Kecamatan
Diwek Jombang ?
2.
Bagaimana
proses pergeseran makna lebaran ketupat di Dusun Nglerep desa kwaron Kecamatan
Diwek Jombang ?
C.
Tujuan
Sehubung dengan pokok permasalahan
diatas maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:
1.
Untuk
mengetahui makna lebaran ketupat di kalangan remaja khususnya bagi masyarakat
desa Nglerep Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang
2.
Untuk
mengetahui proses pergeseran makna lebaran ketupat di kalangan remaja khususnya
bagi masyarakat desa Nglerep Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Lebaran ketupat merupakan hari
ketujuh setelah idul fitri. Ketupat atau kupat adalah hidangan khas Asia
Tenggara berbahan dasar beras yang dibungkus dengan anyaman berbentuk segi lima
yang terbuat dari daun kelapa atau janur. Makanan Ketupat menjadi simbol dari
sebauh perayaan hari idul fitri, terlebih lagi akan mudah didapat pada saat
lebaran ketupat tersebut
“ lebaran ketupat juga dimaknai
sebagai bentuk hasil akulturasi kebudayaan indonesia dengan islam, sebutan
ketupat memang tidak terdapat dalam ajaran islam. Tidak banyak penelusuran
sejarah yang pasti kapan tradisi ini dimulai namun demikian banyak kalangan
menyebutkan jika tradisi lebaran ketupat berasal dari kebudayyan orang jawa
tepat sejak pemerintahan Paku Boewono IV yang juga dipercayai sebagai
peninggalan ajaran dari Sunan Kali Jaga kemudian tradisi ini menyebar ke
seluruh pelosok nusantara yang dibawa oleh orang jawa sehingga menjadi tradisi
di Indonesia dan kini di hampir tiap daerah terdapat tradisi yang sejenis
dengan tradisi lebaran ketupat”[2]
Di jawa sendiri disebut dengan
bahasa lepet yang bermakna khilaf. Makna tradisi lebaran ketupat ini sangat
dalam sekali bagi orang jawa, karena mengandung filosofis kehidupan yang
berharga. Lepet diartikan sebuah jajan yang untuk menjadikan sebuah jajanan
yang dapat di nikmati tentulah memerlukan sebuah proses pembuatan yang tidaklah
cepat. Begitu pula salah. Kesalahan yang dilakukan oleh seorang manusia untuk
mendapatkan sebuah kata maaf tentu tidaklah mudah, ia butuh seperti yang namanya
hati yang ikhlas, kesabaran dan sikap mau memaafkan.
Bagi mereka makna
tradisi lebaran ketupat itu sangat penting. Adapun makna yang ada adalah
sebagai berikut:
1.
Bersilaturrahmi
dengan keluarga dan kerabat
2.
Selamatan
rasa syukur kepada Allah SWT
3.
Berkumpul
dengan keluarga
4.
Kebersamaan
5.
Saling
tukar menukar ketupat antar tetangga
Pada umumnya acara ini adalah acara yang berasal dari akulturasi
islam dengan budaya Indonesia. Karena sebagai budaya maka tidak jarang ketika
lebaran ketupat tiba banyak masyarakat yang menyambutnya. Sebelum hari lebaran
ketupat tiba, maka malam harinya sekeluarga berkumpul bareng dan mengambil daun
janur atau aren untuk besok dibuat ketupat. Apabila ada para anak-anak mereka
yang belum tahu cara membuat ketupat maka para orang tua wajib memberitahukan
pengetahuan untuk anak-anak mereka supaya lebih menghargai dan memaknai lebaran
ketupat dengan sakral
Deskripsi Hasil Penelitian
a.
Gambaran
umum lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di desa
Kwaron Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang. Desa ini terdiri dari beberapa
kampung yakni Sokopuro, Seblak, Nglerep dan Blimbing. Secara geografis desa Kwaron
atau lebih tepatnya pada dusun Nglerep termasuk dusun yang maju.baik itu dari
segi perekonomian, budaya dan pendidikan. Desa ini berada pada wilayah yang
cukup ramai meskipun jauh dari kota karena letaknya yang berdekatan dengan
Ponpes Tebuireng. Desa ini memiliki jumlah penduduk sekitar 4230 jiwa. Penduduk
desa Kwaron memiliki mata pencaharian yang berbeda-beda. Yakni Petani, guru, militer,
pegawai pabrik, supir, pedagang d.l.l. Namun mayoritas adalah petani, baik
pemilik tanah maupun buruh tani. Sehingga rata-rata perekonomiannya menengah
kebawah atau bisa dikatakan cukup atau dalam bidang pendidikan desa ini baik
dalam memiliki kesadaran akan pendidikan formal maupun non formal. Ini terbukti
para orang tua memberikan jalan yang baik untuk anak-anaknya dengan banyak para
remaja yang belajar jauh dari rumah guna menimba ilmu.
b.
Lebaran
Ketupat di desa Nglerep
Dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan oleh peneliti
lakukan di lapangan, dari hasil penelitian ini ada beberapa temuan di lapangan
sebagai berikut:
Dari hasil keterangan ketua RW yang bernama Moch.Asrori Amar S.Ag.
Ia mengemukakan bahwa ada beberapa budaya dan tradisi sebenarnya di desa
Nglerep ini, budaya ini sampai saat ini berkembang dan dilestarikan.
“ ada banyak
tradisi atau budaya yang ada di desa kwaron ini mbak. Desa ini sebenarnya
kayaakan budaya dan tradisi. Akan tetapi karena kurangnya pemahaman masyarakat
kita jadinya tradisitau budaya yang sebenarnya dijaga dan dilestarikan dengan
baik”
“ kalau masalah
tradisi lebaran ya mbak. Saya pahami bahwa lebaran ketupat ada sejak nenek
moyang kita dulu sudah ada dan menjadi turun menurun sebagai warisan yang mesti
dijaga”[3]
Berdasarkan penuturan yang didapat bahwasanya Tradisi lebaran
ketupat merupakan lebaran yang dilaksanakan tujuh hari setelah idul fitri.
Biasanya pada malam sebelum lebaran tiba, malam harinya sebuah keluarga membuat
ketupat bersama. Anak anak mereka diajari bagaimana membuat ketupat, karena
membuat ketupat bukanlah hal yang mudah, sangat sulit. Maka dari itu orang tua
harus telaten, apalagi bagi anak yang menginjak remaja. Makna lebaran ketupat
disini adalah bersilaturrahmi, berkumpul, memakan ketupat bersama. Hal ini akan
tercipta rasa kebersamaan yang erat. Jadi dalam keluarga itu sangat senang.
Tapi rasanya makna itu tidak ada lagi. Berangsur-angsur sudah
mengalami perubahan di kalangan remaja. Ini Karena saat sekarang makna lebaran
ketupat yang ada sudah ada pergeseran atau perubahan. Kalangan remaja sekarang
pada malam hari yang biasanya dipakai untuk dirumah mempelajari cara membuat
ketupat, sekarang tidak lagi. Mereka sekarang hanya merencanakan bagaimana
besok bisa mencari kesenangan diri atau hiburan. Mereka pergi ke tempat-tempat
wisata seperti Wonosalam, serta beberapa wisata di Kediri dan Malang. Ini semua
dilakukan oleh kalangan remaja yang mencari kesenangan diri pada hari lebaran
ketupat tiba.
Dari penjelasan bapak RW bahwa ada pergeseran makna yang masa lalu
daripada sekarang, terutama di kalangan remaja. Kalau dilihat dari penuturan
yang telah dipaparkan maka ada pergeseran atau perubahan yang terjadi yang
telah merubah perilaku para remaja. Dimana dahuluya Sebelum hari lebaran
ketupat tiba, maka malam harinya sekeluarga berkumpul bareng dan mengambil daun
janur atau aren untuk besok dibuat ketupat. Apabila ada para anak-anak mereka
yang belum tahu cara membuat ketupat maka para orang tua wajib memberitahukan
pengetahuan untuk anak-anak mereka supaya lebih menghargai dan memaknai lebaran
ketupat dengan sakral
Gillin dan Gillin, ia mengatakan perubahan sebagai suatu bentuk
variasi dari cara-cara hidup yang diterima atau penemuan baru.[4]
Maka hal ini sangat mengkhawatirkan orang tua mereka yang memang akan dilihat
dari dampak yang nantinya timbul baik itu positif atau negatif.
Ada juga respon yang dilontarkan oleh warga Sirojuddin S,pd.I ia
sebagai guru desa dalam wawancara tanggal 29 April 2013 pukul 07.15
“ seperti ini
mbak,kalau menurut saya pergeseran atau perubahan yang terjadi sekarang ini
mengubah perilaku kalangan remaja. Biasanya kalangan remaja yag dulu ikut
merayakan lebaran bersama keluarga kini berangsur-angsur berubah. Ini disebabkan
perkembangan zaman yang tidak menutup kemungkinan merubah tradisi lebaran
ketupat yang mempunyai makna yang sakral ”
Dari penuturan Sirojuddin tentu tidak jauh berbeda dengan yang
dituturkan oleh Bapak RW. Karena menurut dia perkembangan zaman atau cepatnya
informasi (IPTEK) maka bisa jadi adanya perubahan karena telah dipengaruhi oleh
perkembangan zaman, lalu kemudian cepatnya informasi juga sangat berpengaruh.
Pengaruh itu tergantung dengan apa pandangan kita masing-masing. Kalu kita
menggunakan kearah yang negatif maka dampaknya juga akan negatif. Begitu juga
dengan yang positif maka juga akan berdampak positif.
Ada juga penuturan dari Rina remaja Desa Kwaron. Ia mengemukakan bahwa:
“ Dulu jika
lebaran tiba saya biasanya dirumah mbak, merayakan lebaran ketupat bersama
keluarga, berkumpul bersama, baik yang jauh atau yang dekat. Tapi sekarang
tidak saya lakukan lagi karena disamping sudah kuno, saya sudah mempunyai
agenda bersama teman-teman mbak. Biasanya yang saya lakukan adalah mencari hiburan”[5]
Karena arus modernisasi para remaja pun dipengaruhi oleh zaman.
Berarti sama dengan apa yang telah dipaparkan oleh bapak-bapak diatas. Ada
pergeseran atau perubahan makna dikalangan remaja. Remaja adalah masa dimana,
masa kejayaan diri. Artinya bahwa remaja cepat berpengaruh atau dipengaruhi oleh apapun. Karena masa
remaja pola pikir yang ada semakin berkembang. Apalagi saat ini arus
modernisasi maju.
Sedangkan masa remaja menurut Mappre, yang berlangsung antara umur
12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita, sedangkan bagi laki-laki berumur
13 sampai 22 tahun,[6]
B.
Proses
Pergeseran Makna Lebaran Ketupat di desa Kwaron Diwek Jombang
Proses pergeseran makna lebaran ketupat di kalangan remaja di desa
Kwaron diwek Jombang. Dimana Pergeseran berarti berpindah berubah dari tempat
yang asalnya. Makna dalam ilmiah yang berarti “arti.[7]
Perubahan budaya menunjukkan bahwa pada
suatu saat akan mengalami perubahan karena sebab-sebab tertentu, bisa secara
kebetulan atau direncanakan atau mungkin
karena ada unsur dari luar. Apapun bentuk perubahan itu, itu pastinya berasal
dari diri atau luar dari masyarakat itu sendiri, baik lambat atau cepat
prosesnya. Karena perubahan juga terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar
manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan.
Pada saat lebaran tiba biasanya kalangan remaja merayakan lebaran
ketupat dirumah bersam keluarga, bersilaturrahmi, makan ketupat, menganter atau
tukar-menukar masakan ketupat sehingga
tercipalah rasa kebersamaan yang erat dan saling menghargai satu sama
lain. Akan tetapi seiring perkembangan zaman
dan cepatnya informasi maka tidak menutup kemungkinan akan berubah atau
bergeser. Jadi para remaja saat ini sudah terbawa oleh perubahan zaman, yang
dulunya arah tradisional berubah mejadi modern karena perubahan generasi.
Adapun prosesnya secara garis besar dapat cepat itu mempengaruhi
karena adanya penyesuaian masyarakat dengan perubahan, adanya saluran-saluran
perubahan dan adanya disorganisasi dan reorganisasi
Jika pada saat lebaran lebaran ketupat kalangan remaja yang
merayakan lebaran ketupat ulunya dirumah, kini berubah menjadi mencari
kesenangan sendiri. Dan tidak lagi merayakan lebaran ketupat karena makna
lebaran ketupat tersebut sudah tidak dianggap penting.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Tradisi lebaran ketupat adalah
tradisi yang dilaksanakan pada hari ketujuh setelah hari raya idul fitri. Tidak
ada yang mengatahui sejarah lebaran ketupat, kapan, dan siapa yang membawa
sejarah itu. Tapi yang jelas bahwa lebaran ketupat merupakan turun temurun,
artinya bahwa lebaran ketupat ada sejak dulu kala yang telah di wariskan dari
generasi ke generasi. Lebaran ini identik dengan ketupat. Ketupat tersebut
terbuat dari janur yang dibentuk segi lima, lalu kemudian diisi dengan beras.
Di masak jadilah ketupat yangg siap untuk dimakan.
Biasanya jika lebaran ketupat tiba
masyarakat desa Nglerep merayakannya dengan penuh kebahagiaan. Makna lebaran
ketupat bagi masyarakat adalah bersilaturrahmi dengan keluarga dan
kerabat,selamatan rasa syukur kepada Allah SWT, berkumpul bersama keluarga,
rasa kebersamaan antar tetangga dan saling tukar menukar masakan kettupat.
Ternyata yang terjadi saat ini
adalah para remaja yang dulunya merayakan lebaran ketupat bersama kelurga kini
berubah menjadi hal baru dan mengikuti arah modern. Karena imbasnya zaman maka
terjadilah pergeseran makna karena adanya beberapa faktor yakni zaman yang seba
modern ini, cepatnya informasi dan hilangnya rasa menghargai dan menganggap
penting sebuah tradisi.
B.
SARAN
1.
Masyarakat
Desa Nglerep yang mempunyai keragaman budaya dan tradisi, hendaknya
mempertahankan nilai-nilai budaya dan tradisi tersebut, agar tidak pudar dan
tetap dilestarikan serta dilaksanakan dengan melibatkan seluruh anggota
masyarakat sampai anak cucu nantinya. Dalam kehidupan sehari-hari, dengan
adanya tradisi lebaran ketupat akan menciptakan proses dialektika atau
interaksi sosial dan penambahan wawasan pengetahuan.
Terutama
pada kalangan remaja, yang seharusnya bisa melestarikan dan mempertahankan
tradisi yang ada. Karena kalangan remaja adalah penerus generasi ke generasi
lainnya
Sebaiknya
tradisi lebaran ketupat ini dijadikan sebagai tradisi untuk mempererat hubungan
persaudaraan, persahabatan, serta memprdalam nilai keimanan kita kepada Allah
SWT. Serta menjalankan nilai-nilai tradisi yang ada dengan baik adalah suatu
keharusan.
2.
Papper
ini memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu diharapkan nantinya ada oran
lain yang dapat lebih mendalam tentang segala aspek yang berkenaan dengan
budaya, sosial, ekonomi masyarakat Desa Nglerep. Karena semakin banyak mencari
tahu segala sesuatu maka akan menyadari bahwa semakin banyak pula hal yang
belum diketahuinya.
DAFTAR PUSTAKA
Ali,Muhammad
dkk. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2006
Albarry,M
Dahlan. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya: Arkola. 1996
Soejono,Soekanto.
Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rja Wali Press. 1990
Oji Saeroji, Tradisi Lebaran Ketupat. http;//
regional.kopasona.com/2010/09/17//syawalan-tradisi-lebaran-ketupat-/diakses
tanggal 01 Mei 2013
[1]
Soedjitto, Aspek Sosial Budaya dalam Pembangunan Pedesaan, (Yogjakarta: Tiara
Wacana, 1987), hal 3-4
[2] Oji
Saeroji, Tradisi Lebaran Ketupat. http;//
regional.kopasona.com/2010/09/17//syawalan-tradisi-lebaran-ketupat-/diakses
tanggal 01 Mei 2013
[3]
Wawancara dengan bapak Moch. Asrori Amar pada tanggal 28 April 2013, jam 16.20
[4] Soejono
soekanto, sosiologi suatu pengantar, (jakarta: Raja Wali Press, 1990)hal.
[5] Wawancara dengan Rina ( remaja Kwaron) pada
tanggal 28 April 2013, jam 14.15
[6] Muhammad
Ali, dkk. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta didik, (jakarta: PT Bumi
Aksara, 2006), hal 9
[7] M.
Dahlan Al Barry, kamus Ilmiah populer, (Surabaya: Arkola, 1994), hal.429
Tidak ada komentar:
Posting Komentar